Media KUDUS — Salah satu tujuan di Kudus yang patut dikunjungi di bulan suci Ramadhan sebagai wisata religi ialah kompleks makam dan Masjid Sunan Muria, di Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Sekitar 45 menit dari Kompleks Masjid Sunan Kudus.
Wisata religi Sunan Kudus ini diusung dalam #PesonaRamadan yang diluncurkan oleh Kementrian Pariwisata. “Sunan Kudus tersebut simbol toleransi beragama,” kata Menteri Pariwisata Arief Yahya .
Tidak laksana hari-hari di luar bulan suci Ramadan, yang tidak jarang kali dipadati semua peziarah dari sekian banyak penjuru nusantara, maka pada bulan puasa ini, pengunjung dapat dihitung dengan jari.
Suasana lengang begitu terasa. Angin bertiup sejuk menjelang siang. Jalan mengarah ke masjid berkelok dan sempit dengan jurang di sebelah kiri. Setelah hingga di perumahan makam dan masjid Sunan Muria, sepi yang terasa. Padahal di luar bulan puasa, pengunjung akan sarat sesak melalui lorong mengarah ke ke masjid.
Kondisi sepi di sebelah unsur timur makam Sunan Muria ada masjid Sunan Muria. Ini bukan masjid kesatu yang di bina Raden Umar Said atau Sunan Muria. Sebelumnya, pun membuat masjid di Desa Kajar. Sampai ketika ini masih terdapat petilasan yang lebih dikenal dengan sebutan Pesiget. Namun Sunan Muria tidak cukup nyaman guna menyiarkan agama Islam.
Akhirnya, menggali tempat yang lebih tenang. Selanjutnya, Sunan Muria mencoba membina masjid di bukit Pethoko. Lantaran bising dengan suara anjing menggonggong, Sunan Muria beralih dan membina masjid di di antara puncak Gunung Muria, masjid ketika ini.
Sunan Muria dikenal sebagai sosok yang simpel dan tidak senang kemewahan serta popularitas. Kesedehanaan itu, diperlihatkan dengan pemilihan Pegunungan Muria guna hidup dan berdakwah.
Pedagang memasarkan buah Parijoto di perumahan Makam Sunan Muria di Desa Colo, Dawe, Kudus, Jawa Tengah. Buah parijoto tumbuh di lereng gunung Muria (Antara/Yusuf Nugroho)
Salah satu pengurus Masjid Sunan Muria M Affandi menceritakan, dahulu Sunan Muria membina masjid dari kayu dengan atap dedaunan. Masjid ini oleh sebanyak wali beda dipuji, sebab terlihat bersinar. Akhirnya, Sunan Muria menghanguskan masjid itu. ”Hal ini membuktikan, Sunan Muria mempunyai sifat tidak suka dipuji. Usai dihanguskan masjid kembali di bina dengan bangunan yang tetap sederhana,” ujar dia.
Saat ini, masjid peninggalan Sunan Muria memang telah mengalami tidak sedikit perubahan. Kendati demikian, masjid ini masih memiliki sejumlah peninggalan Sunan Muria yang masih terjaga keasliannya. Salah satunya mihrab (pengimaman) masjid. Mihrab masjid ini mempunyai panjang 245 cm, lebar 190 cm, dan tinggi 210 cm.
Mihrab ini tercipta dari batu yang dibentuk tanpa semen. Bagian luar mihrab dihiasi ukiran. Pada unsur ujung kanan dan kiri terdapat ukiran dan dihiasi piringan keramik kuno. Wartawan koran ini mengupayakan menghitung jumlah keramik itu. Jumlahnya terdapat 30 buah. Terdiri dari, 20 piringan penduduk kuning dan 10 piringan hijau.
Sedangkan unsur atap mihrab, ada keramik yang berisi artikel Arab. ”Berdasarkan keterangan dari Habib Luthfi, ini (tulisan di atas mihrab, Red) wiridan Sunan Muria,” kata dia.
Dia menjelaskan, media artikel ini sudah sejumlah kali diganti. ”Dulunya pernah kertas yang dibentengi kaca. Pernah dengan media melulu kaca. Sekarang dari keramik. Namun tulisannya masih tetap laksana dulu, baik format atau hurufnya,” ujarnya.
Sunan Muria pun meninggalkan pelana kuda. Pelana ini tercipta dari kayu dan kulit binatang. Masyarakat percaya, pelana kuda ini menyimpan daya magis. Tak heran masing-masing musim kemarau lapak kuda ini dimandikan (ngguyang cekathak) yang diandalkan akan menyebabkan hujan.
Di samping itu, peninggalan Sunan Muria yang masih dapat dilihat ialah gentong (tempat air). Gentong ada di unsur selatan makam Sunan Muria. Saat ini bentuknya sudah dibentengi dengan tralis stainless steel. Peziarah seringkali memanfaatkan air gentong ini guna minum dan mencuci muka. Dipercaya bisa menjadi obat dan menyegarkan badan. Air gentong ini berasal dari mata air yang diandalkan tempat wudu Sunan Muria.
Wisatawan mendatangi Air Terjun Montel di Desa Kajar, Dawe, Kudus. Air Terjun itu menjadi wisata pilihan karena letaknya yang berdampingan dengan Makam Sunan Muria yang ramai dikunjungi warga guna berziarah. (ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho)
Sunan Muria pun meninggalkan umpak batu (penyangga soko). Umpak ini mempunyai panjang lingkaran 120 cm, tinggi 40 cm, dan diameter 70 cm. Berdasarkan keterangan dari penelitian umpak batu diciptakan sekitar abad ke-17. Ada 10 buah umpak yang sekarang ditaruh di unsur selatan makam. Sembilan umpak dalam situasi baik. Satu buah pecah.
Sunan Muria pun punya peninggalan yang diandalkan punya khasiat. Yakni air dari gentong yang berada di unsur selatan makam. Air di gentong ini bukan dari sumur yang bersumber dari gentong. Namun dari mata air yang diandalkan menjadi lokasi wudu sang sunan, sendang Rejoso.
Tak tak melulu itu. Ada peninggalan yang bertolak belakang dari wali lain. Yakni pelana kuda. Setiap tahun terdapat tradisi rutin mencuci pelana kuda ini. Namanya tradisi ngguyang cekathak. Upacara ini seringkali diselenggarakan pada Jumat Wage di musim kemarau atau mongso ketigo. ”Tradisi ini dipercaya dapat mendatangkan hujan,” kata Affandi.
Affandi menjelaskan, tradisi ini terdapat bukan dibuka saat Sunan Muria masih hidup. Namun, dibuka oleh penduduk sekitar ketika zaman penjajahan Belanda. Ritual ini dimulai dengan membawa cekathak yang berada di perumahan Masjid Sunan Muria mengarah ke mata air sendang Rejoso.
Berdasarkan keterangan dari cerita, sendang Rejoso ini dahulu menjadi lokasi wudu Sunan Muria. Selama ini, sendang Rejoso dipakai untuk memenuhi gentong keramat peninggalan Sunan Muria. Hingga ketika ini, tradisi ini masih dilestarikan. Sepeninggal tradisi itu, masyarakat mengerjakan tradisi lain, laksana buka luwur atau mengubah kain luwur makam.
Tradisi ini dilakukan 15 hari pada bulan Suro (Muharam). Pemilihan tanggal ini, supaya tidak berbarengan dengan buka luwur di makam Sunan Kudus. Dalam upacara ganti luwur ini, dipenuhi dnegan sekian banyak kegiatan. Mulai dari mencuci mata air Nglaren dilanjutkan selametan, manaqib, dan dondom luwur. Setelah itu, baru diselenggarakan pelepasan luwur, istighotsah, pemotongan kerbau, khataman Alquran, sampai selamatan berkat undangan.
9 Lokasi Wisata Colo Kudus – Wisata Colo Kudus

9 Tempat Wisata di Kudus Paling Hits dan Murah | Wisata Colo Kudus

9 Tempat Wisata di Kudus Paling Hits dan Murah | Wisata Colo Kudus

9 Tempat wisata dan kuliner di Kudus yang belum banyak orang tahu | Wisata Colo Kudus

ISK TV – TERMINAL WISATA COLO, DAWE, KUDUS | Wisata Colo Kudus

9 Tempat Wisata di Kudus Terbaru dan Terpopuler 9 – Explore Kudus | Wisata Colo Kudus

9 Tempat Wisata di Kudus Paling Hits dan Murah | Wisata Colo Kudus

Tempat Wisata di Kudus Yang Menarik, Yuk Kita ke Kudus ! Hotel | Wisata Colo Kudus

9 Tempat Wisata di Kudus Terbaru dan Terpopuler 9 – Explore Kudus | Wisata Colo Kudus

Hulu Sungai di Colo Kudus – Semenanjung Muria | Wisata Colo Kudus