8 Gambar Kampoeng Wisata

Media — Kejadian ini telah lama. Namun menurut keterangan dari saya, ini empiris jalan-jalan saya yang tak terlupakan. Pada Sabtu, 3 Maret 2012, UKM Karawitan Jawi biasa disingkat KARWIT menyelenggarakan acara feedback angkatan 2011 yakni Karya Wisata ke Cinangneng dengan tema Back to Nature atau Kembali ke Alam.

Kami, mahasiswa Atmajaya, berangkat dari kampus mengarah ke ke Cinangneng, Bogor pukul 07.30. Perjalanan ditempuh dalam waktu tidak cukup lebih dua jam.

Selama dalam perjalanan, laksana layaknya anak-anak muda, kami juga bercanda, foto-foto dan berdendang bersama. Ah tak terasa, masa-masa yang kami tempuh menuju tempat sudah dekat. Dari kejauhan, kami menyaksikan kompleks Cinangneng. Akses jalan mengarah ke ke arah sana paling sempit dan hanya dapat satu jalur.

Bus yang kami gunakan lumayan besar, jadi darurat supirnya pun paling berhati-berhati supaya tidak tertabrak dengan rumah warga sekitar. Kami sempat tegang dan fobia melihat situasi ini. Kami khawatir, bus yang kami tumpangi menabrak tembok warga setempat. Untunglah, supir bus yang membawa kami lumayan piawai membawa kendaraanya. Jalanan sempit juga kami lewati tanpa mesti bergesekan dengan lokasi tinggal penduduk.

Sesampai di tujuan, kami di sambut oleh kakak-kakak penduduk Cinangneng, orang sana biasa di panggil Teteh guna kakak perempuan, sementara Akang guna kakak laki-laki. Kami juga diantar ketempat pondok untuk lokasi istirahat dan tempat menempatkan bawaan kami. Setelah membenahi diri dan beristirahat sebentar, kami disuruh Teteh dan Akang berkumpul di aula pondok itu dan lantas diajari bermain angklung, perangkat musik khas Sunda. Beberapa rekan yang berasal dari wilayah lain, paling suprise dan senang dengan empiris ini. Untuk mereka, angklung ialah alat musik yang menarik dengan citarasa internasional.

Setelah kami puas memainkan perangkat musik angklung, kami langsung disuruh sama Teteh dan Akangnya guna tur ke dusun sekitar. Kami disuruh mengelilingi dusun dan bertemu langsung dengan warga sekitar yang memilki sekian banyak macam mata pencaharian. Mulai dari jasa penciptaan tas, jasa penciptaan bordir pakaian, jasa penciptaan wayang. Barang yang diciptakan berkualitas. Harganya juga miring. Saya sempat mengejar tas yang serupa dengan di antara merek familiar di Jakarta. Dalam pikiran saya, andai tas ini diangkut ke Jakarta, harganya dapat naik tiga hingga empat kali lipat.

Puas melihat-lihat barang produksi kampung tersebut, kami juga kemudian disuruh untuk menyaksikan lahan pertanian. Disana, kami diajari oleh masyarakat selama bagaimana teknik bercocok tanam yang baik. Kami juga diajari untuk menempatkan padi. Ini empiris baru untuk kami, anak-anak yang bermukim di kota. Kami juga asyik bermain lumpur. Tak melulu itu, kami juga diajari guna memandikan kerbau. Wah, seru sekali.

Banyak urusan yang kami pelajari disini. Kami belajar melukis topi petani atau camping, menyusuri sungai yang membelah dusun tersebut, menari tarian Sunda, bermain gamelan, mengembus seruling. Tak melulu itu, kami juga belajar menciptakan kue bugis. Cukup melelahkan namun rasanya puas sekali.

Penulis: Stephanie , Mahasiswi Ilmu Komunikasi UNIKA Atmajaya Angkatan 2011

8 Gambar Kampoeng Wisata Cinangneng – Kampoeng Wisata Cinangneng